Sabtu, 05 Januari 2013

Weda


WEDA

Ajaran agama dalam Hindu didasarkan pada kitab suci atau susastra suci keagamaan yang disusun dalam masa yang amat panjang dan berabad-abad, yang mana di dalamnya memuat nilai-nilai spiritual keagamaan berikut dengan tuntunan dalam kehidupan di jalan dharma. Di antara susastra suci tersebut, Weda merupakan yang paling tua dan lengkap, yang diikuti dengan Upanishad sebagai susastra dasar yang sangat penting dalam mempelajari filsafat Hindu. Sastra lainnya yang menjadi landasan penting dalam ajaran Hindu adalah Tantra, Agama dan Purana serta kedua Itihasa (epos), yaitu Ramayana dan Mahabharata. Bhagawadgita adalah ajaran yang dimuat dalam Mahabharata, merupakan susastra yang dipelajari secara luas, yang sering disebut sebagai ringkasan dari Weda.
Hindu meliputi banyak aspek keagamaan, tradisi, tuntunan hidup, serta aliran/sekte. Umat Hindu meyakini akan kekuasaan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Brahman dan memuja Brahma, Wisnu atau Siwa sebagai perwujudan Brahman dalam menjalankan fungsi sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur alam semesta.
Secara umum, pustaka suci Hindu dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kitab Sruti dan kelompok kitab Smerti.
  • Sruti berarti "yang didengar" atau wahyu. Yang tergolong kitab Sruti adalah kitab-kitab yang ditulis berdasarkan wahyu Tuhan, seperti misalnya Weda, Upanishad, dan Bhagawadgita. Dalam perkembangannya, Weda dan Upanishad terbagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil, seperti misalnya Regweda dan Isopanishad. Kitab Weda berjumlah empat bagian sedangkan kitab Upanishad berjumlah sekitar 108 buah.
  • Smerti berarti "yang diingat" atau tradisi. Yang tergolong kitab Smerti adalah kitab-kitab yang tidak memuat wahyu Tuhan, melainkan kitab yang ditulis berdasarkan pemikiran dan renungan manusia, seperti misalnya kitab tentang ilmu astronomi, ekonomi, politik, kepemimpinan, tata negara, hukum, sosiologi, dan sebagainya. Kitab-kitab smerti merupakan penjabaran moral yang terdapat dalam kitab Sruti.









  •  
Krishna Dwaipayana Wyasa, seorang Maharesi yang mengklasifikasi kitab Weda.

Weda

Weda merupakan kitab suci yang menjadi sumber segala ajaran agama Hindu. Weda merupakan kitab suci tertua di dunia karena umurnya setua umur agama Hindu. Weda berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu dari kata vid yang berarti "tahu". Kata Weda berarti "pengetahuan".Weda (Sanskerta: Vid, "ilmu pengetahuan") adalah kitab suci agama Hindu. Weda merupakan kumpulan sastra-sastra kuno dari zaman India Kuno yang jumlahnya sangat banyak dan luas. Dalam ajaran Hindu, Weda termasuk dalam golongan Sruti (secara harfiah berarti "yang didengar"), karena umat Hindu percaya bahwa isi Weda merupakan kumpulan wahyu dari Brahman (Tuhan). Weda diyakini sebagai sastra tertua dalam peradaban manusia yang masih ada hingga saat ini. Pada masa awal turunnya wahyu, Weda diturunkan/diajarkan dengan sistem lisan — pengajaran dari mulut ke mulut, yang mana pada masa itu tulisan belum ditemukan — dari guru ke siswa. Setelah tulisan ditemukan, para Resi menuangkan ajaran-ajaran Weda ke dalam bentuk tulisan.[1] Weda bersifat apaurusheya, karena berasal dari wahyu, tidak dikarang oleh manusia, dan abadi.[2] Maharesi Byasa, menyusun kembali Weda dan membagi Weda menjadi empat bagian utama, yaitu: Regweda, Yajurweda, Samaweda dan Atharwaweda. Semua itu disusun pada masa awal Kaliyuga.

Etimologi

Secara etimologi, kata Weda berakar dari kata vid, yang dalam bahasa Sanskerta berarti "mengetahui", dalam rumpun bahasa Indo-Eropa berakar dari kata weid, yang berarti "melihat" atau "mengetahui".[3] weid juga merupakan akar kata dari wit dalam Bahasa Inggris, sebagaimana kata vision dalam bahasa Latin.

Upaweda

Upaweda merupakan turunan dari Weda yang merupakan jurusan ilmu yang lebih spesifik dalam aplikasi kehidupan. Upaweda digolongkan dalam beberapa jurusan, antara lain:
Ayurveda dan Dhanurveda memiliki beberapa kesamaan dalam kegiatan prakteknya. Keduanya bekerja dengan memanfaatkan Marma, energi Prana yang mengalir di dalam tubuh. Ayurveda berfungsi mengobati badan jasmani, sedangkan Dhanurveda memanfaatkan energi prana sebagai pelindung tubuh. Konsep ini juga dikenal dalam ilmu pengetahuan di Cina, dalam akupuntur dan seni beladiri-nya.
Beberapa bidang ilmu seperti Jyotisha (Ilmu Astrologi), Tantra, Shiksha dan Vyakara (Ilmu Tata Bahasa) juga bersumber pada Weda. Para Maha Rsi yang menerima wahyu Weda jumlahnya sangat banyak, namun yang terkenal hanya tujuh saja yang disebut Saptaresi. Ketujuh Maha Rsi tersebut yakni:
  1. Resi Gritsamada
  2. Resi Wasista
  3. Resi Atri
  4. Resi Wiswamitra
  5. Resi Wamadewa
  6. Resi Bharadwaja
  7. Resi Kanwa
Ayat-ayat yang diturunkan oleh Tuhan kepada para Maha Rsi tersebut tidak terjadi pada suatu zaman yang sama dan tidak diturunkan di wilayah yang sama. Resi yang menerima wahyu juga tidak hidup pada masa yang sama dan tidak berada di wilayah yang sama dengan resi lainnya, sehingga ribuan ayat-ayat tersebut tersebar di seluruh wilayah India dari zaman ke zaman, tidak pada suatu zaman saja. Agar ayat-ayat tersebut dapat dipelajari oleh generasi seterusnya, maka disusunlah ayat-ayat tersebut secara sistematis ke dalam sebuah buku. Usaha penyusunan ayat-ayat tersebut dilakukan oleh Bagawan Byasa atau Krishna Dwaipayana Wyasa dengan dibantu oleh empat muridnya, yaitu: Bagawan Pulaha, Bagawan Jaimini, Bagawan Wesampayana, dan Bagawan Sumantu.
Setelah penyusunan dilakukan, ayat-ayat tersebut dikumpulkan ke dalam sebuah kitab yang kemudian disebut Weda. Sesuai dengan isinya, Weda terbagi menjadi empat, yaitu:
  1. Regweda Samhita
  2. Ayurweda Samhita
  3. Samaweda Samhita
  4. Atharwaweda Samhita
Keempat kitab tersebut disebut "Caturweda Samhita". Selain keempat Weda tersebut, Bhagawadgita yang merupakan intisari ajaran Weda disebut sebagai "Weda yang kelima".
Regweda (Sanskerta gveda Dewanagari, ) atau Rigweda adalah kitab Śruti yang paling utama. Ia terdiri dari 1,017 (+11 appendix = 1,028) nyanyian pujaan (himne) dengan jumlah total 10.562 baris yang dijelaskan dalam 10 buku. Satu hymne memiliki tiga bagian dasar. Bagian pertama adalah permohonan (exhortation), bagian kedua adalah pujian terhadap Dewa tertentu dalam bentuk doa, dan bagian ketiga adalah permohonan khusus. Agama yang dijelaskan dalam Regweda dapat disebut Brahmanisme atau Wedisme. Dalam Regweda kita melihat bangsa Arya baru saja menetap di lembah-lembah sungai Indus dan memuja semua kekuatan alam seperti udara (Bayu), air (Baruna), matahari (Surya), bulan (Soma) dan api (Agni). Rgweda sebagaimana bukan kitab suci yang disusun selama periode waktu tertentu tapi satu kitab suci yang disusun dalam tahapan selama beberapa abad.
Yayurveda (Sanskrit yajurveda) berasal dari akar kata yajus "pengorbanan", veda "pengetahuan", adalah salah satu bagian dari Kitab Suci Weda. Memuat sastra suci yang terfokus pada ritual dan korban suci.
Samaveda (Sansekerta: sāmaveda, berakar dari kata sāman "irama" + veda "pengetahuan") tidak lain adalah himpunan mantra-mantra yang diberi tanda nada untuk berbagai irama. Samaveda merupakan bagian dari Catur Veda yang disebut juga "Nyanyian Veda Suci. Samaveda memuat 1875 mantram, dan dimana 1800 mantram merupakan pengulangan daripada Rgveda dan 75 mantram yang lain memang disusun dan dimuat dalam sastra ini.
Atharvaveda (Sansekerta atharvavéda, berakar dari kata atharvān, nama seorang Maharsi, dan veda berarti "pengetahuan") adalah sastra suci bagi umat Hindu, merupakan bagian dari Catur Veda. Terdapat 9 śākhā (resensi) tentang Atharvaveda, yaitu: Paippalāda, Dānta, Pradānta, Snāta, Snauta, Brahmadāvala, Śaunaka, Devadarśani, dan Caranavidyā. Namun śākhā yang masih bertahan hingga kini adalah Śaunakiya dan Paippalāda.

Bhagawadgita

Bhagawadgita merupakan suatu bagian dari kitab Bhismaparwa, yakni kitab keenam dari seri Astadasaparwa kitab Mahabharata, yang berisi percakapan antara Sri Kresna dengan Arjuna menjelang Bharatayuddha terjadi. Diceritakan bahwa Arjuna dilanda perasaan takut akan kemusnahan Dinasti Kuru jika Bharatayuddha terjadi. Arjuna juga merasa lemah dan tidak tega untuk membunuh saudara dan kerabatnya sendiri di medan perang. Dilanda oleh pergolakan batin antara mana yang benar dan mana yang salah, Arjuna bertanya kepada Kresna yang mengetahui dengan baik segala ajaran agama.Kresna yang memilih menjadi kusir kereta Arjuna menjelaskan dengan panjang lebar ajaran-ajaran ketuhanan dan kewajiban seorang kesatria agar dapat membedakan antara yang baik dengan yang salah. Ajaran tersebut kemudian dirangkum menjadi sebuah kitab filsafat yang sangat terkenal yang bernama Bhagawadgita.Bhagawadgita terdiri dari delapan belas bab dan berisi ± 650 sloka. Setiap bab menguraikan jawaban-jawaban yang diajukan oleh Arjuna kepada Kresna. Jawaban-jawaban tersebut merupakan wejangan suci sekaligus pokok-pokok ajaran Weda.

Purana

Purana adalah bagian dari kesusastraan Hindu yang memuat mitologi, legenda, dan kisah-kisah zaman dulu. Kata Purana berarti "sejarah kuno" atau "cerita kuno". Penulisan kitab-kitab Purana diperkirakan dimulai sekitar tahun 500 SM. Terdapat delapan belas kitab Purana yang disebut Mahapurana. Adapun kedelapan belas kitab tersebut yakni:
  1. Matsyapurana
  2. Wisnupurana
  3. Bhagawatapurana
  4. Warahapurana
  5. Wamanapurana
  6. Markandeyapurana
  7. Bayupurana
  8. Agnipurana
  9. Naradapurana
  1. Garudapurana
  2. Linggapurana
  3. Padmapurana
  4. Skandapurana
  5. Bhawisyapurana
  6. Brahmapurana
  7. Brahmandapurana
  8. Brahmawaiwartapurana
  9. Kurmapurana

Itihasa

Itihasa adalah suatu bagian dari kesusastraan Hindu yang menceritakan kisah kepahlawanan para raja dan kesatria Hindu di masa lampau dan dikombinasikan dengan filsafat agama, mitologi, dan cerita tentang makhluk supranatural, yang merupakan manifestasi kekuatan Brahman. Kitab Itihasa disusun oleh para Resi dan pujangga India masa lampau, seperti misalnya Resi Walmiki dan Resi Byasa. Itihasa yang terkenal ada dua, yaitu Ramayana dan Mahabharata.

Kitab lainnya

Selain kitab Weda, Bhagawadgita, Upanishad, Purana dan Itihasa, agama Hindu mengenal berbagai kitab lainnya seperti misalnya: Tantra, Jyotisha, Darsana, Salwasutra, Nitisastra, Kalpa, Chanda, dan lain-lain. Kebanyakan kitab tersebut tergolong ke dalam kitab Smerti karena memuat ajaran astronomi, ilmu hukum, ilmu tata negara, ilmu sosial, ilmu kepemimpinan, ilmu bangunan dan pertukangan, dan lain-lain.
Kitab Tantra memuat tentang cara pemujaan masing-masing sekte dalam agama Hindu. Kitab Tantra juga mengatur tentang pembangunan tempat suci Hindu dan peletakkan arca. Kitab Nitisastra memuat ajaran kepemimpinan dan pedoman untuk menjadi seorang pemimpin yang baik. Kitab Jyotisha merupakan kitab yang memuat ajaran sistem astronomi tradisional Hindu. Kitab Jyotisha berisi pedoman tentang benda langit dan peredarannya. Kitab Jyotisha digunakan untuk meramal dan memperkirakan datangnya suatu musim

Tidak ada komentar: