TUGAS
PARASITOLOGI
PROTOZOOLOGI KELAS RHIZOPODA
Di Susun Oleh :
KELOMPOK 1
A-11
PROGRAM D-3
ANALIS KESEHATAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2012/2013
PROTOZOOLOGI KELAS RHIZOPODA
Di Susun Oleh :
1. JESLY
OLYVIA SAHULEKA (11-901-001)
2. HENDRY
IGOR SOUHOKA (11-901-002)
3. CHRISDA
ELVANDARI TUMENGGA (11-901-003)
4. MARIA
ANTHINIA BHIA (11-901-004)
5. FARLIANA
CRISTI POKOTE (11-901-005)
6. RASDI
YUDARMAWAN (11-901-006)
7. NOVRENDI
DG. MALEWA (11-901-007)
8. I
PUTU ADI SUPARSA (11-901-010)
9. WA
ODE SUMARNI (11-901-011)
10. NUR RAHMAWATI
(10-901-409)
PROGRAM D-3
ANALIS KESEHATAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke
hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, kami dapat
menyelesaikan makalah ini sebagai mana yang telah direncanakan. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas kuliah yaitu mata kuliah Parasitologi.
Makalah ini disusun dari beberapa
sumber yang menjelaskan tentang Rhizopoa, dan disetiap lembaran jilid
dari makalah ini terdapat beberapa penjelasan mengenai Rhizopoda. Kami sangat
berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca makalah ini.
Dengan makalah ini, maka kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak – pihak yang telah rela waktunya
tersita dalam membantu penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari pada sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna perbaikan makalah ini. Atas kritik dan saran dari pembaca
kami ucapkan terima kasih.
Makassar, 08
September 2012
Tim
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
1. Pendahuluan...................................................................................................
2. Klasifikasi..........................................................................................................
3. Hospes,
vektor, dan parasit............................................................................
4. Terminologi
parasit..........................................................................................
5. Daur
hidup........................................................................................................
6. Morfologi
dan sifat umum...............................................................................
7. Cara
penularan................................................................................................
8. Diagnosa
penyakit...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
1.
Pendahuluan
Rhizopoda berasal dari
bahasa Yunani, yaitu rhizo = akar, dan podos = kaki, atau Sarcodina (sarco =
daging). Semua protozoa yang tergolong kelas Rhizopoda bergerak
dengan penjuluran sitoplasma selnya yang membentuk kaki semu
(pseudopodia). Bentuk pseudopodia beragam, ada yang tebal membulat
dan ada yang tipis meruncing. Pseupodia berfungsi sebagai alat gerak
dan memangsa makanan. Hewan ini ada yang bercangkang, contohnya
Globigerina dan ada yang telanjang, contohnya Amoeba proteus. Pada
Rhizopoda yang bercangkang, pseudopodia menjulur keluar dari
cangkang. Cangkang tersusun dari silica atau kalsium
carbonat. Cangkang berukuran 0,5 mm (Anonimous, 2012).
Kaki semu terbentuk karena
adanya aliran sitoplasma, sebagai akibat perubahan sitoplasma dari fase cair
(sol) ke fase kental (gel). Gerak yang ditimbulkannya disebut
gerak amoeboid. Contoh Rhizopoda yang terkenal adalah Amoeba
proteus yang umum ditemukan di perairan tawar (Anonimous, 2012).
Jika kita lihat tubuh amoeba
maka dapatlah kita melihat bahwa tubuhnya dapat berubah-ubah. Pada tubuh bagian
luar terdapat membran sel (membran plasma). Membran plasma berfungsi sebagai
pelindung isi sel, mengatur pertukaran zat misalnya zat makanan, ekskresi. Alat
gerak yang digunakan adalah dengan membentuk pseudopodia serta dapat menangkap
rangsangan kimia dari luar tubuhnya. Bagian dalam terdapat sitoplasma yang
dibedakan menjadi ektoplasma (bagian luar) dan endoplasma (bagian dalam)
(Anonimous, 2012).
Cara bergerak Amoeba dengan
menggunakan kaki semu (pseudopodia) yang merupakan penjuluran dari sitoplasma.
Pseudopodia digunakan untuk bergerak dan menelan mangsa (makanannya). Beberapa
jenis amoeba membentuk sista dan di dalam sista terjadi pembelahan secara
mitasis. Sista akan dikeluarkan bersama faeses (tinja), kemudian tersebar pada
makanan dan minuman, akhirnya disebarkan oleh lalat (Anonimous, 2012).
Bentuk sel Rhizopoda
berubah-ubah saat diam dan bergerak. Sitoplasma terdiri dari
ektoplasma dan endoplasma. Ektoplasma adalah sel bagian luar yang
berbatasan dengan membrane plasma. Endoplasma adalah plasma sel pada
bagian dalam sel. Ektoplasma bersifat lebih kental daripada
endoplasma. Aliran endoplasma dan ektoplasma tersebut berperan dalam
penjuluran dan penarikan pseudopodia. Pada proses makan, pseudopodia
mengelilingi makanan dan membentuk vakuola makanan. Di dalam valuola
makanan, makanan dicerna. Zat makanan hasil cernaan dalam vakuola
makanan masuk ke dalam sitoplasma secara difusi. Sedangkan sisa
makanan dikeluarkan dari vakuola keluar sel melalui membrane
plasma (Anonimous, 2012).
Rhizopoda berkembang biak
secara aseksual dengan pembelahan biner. Pada kondisi lingkungan yang
tidak menguntungkan, misalnya kekeringan, Rhizopoda tertentu dapat beradaptasi
untuk mempertahankan hidupnya dengan membentuk kista. Contoh
rhizopoda yang membentuk kista adalah Amoeba. Dalam keadaan berupa kista,
kegiatan hidup Amoeba menjadi tidak aktif. Amoeba akan menjadi aktif
kembali jika kondisi lingkungan sesuai (Anonimous, 2012).
Rhizopoda umumnya hidup bebas di tanah yang
lembab dan di lingkungan yang berair, baik di darat maupun di
laut. Rhizopoda bersifat heterotrof dengan memangsa alga uniselluler,
bakteri, atau protozoa lain (Anonimous, 2012).
Berdasarkan cara
hidupnya Amoeba ada yang hidup parasit tapi ada pula yang hidup
saprofit dalam tubuh manusia. Cobalah perhatikan bagan di bawah (Anonimous,
2012) :
Rhizopoda yang bebas hidup
di tanah lembab, contohnya Amoeba proteus. Contoh Rhizopoda yang
hidup di air tawar adalah Difflugia. Sedangkan Rhizopoda yang hidup
di laut adalah dari kelompok Foraminifera, antara lain
Globigerina. Rhizopoda ada yang hidup sebagai parasit di dalam tubuh
hewan atau manusia (Anonimous, 2012).
Organisme yang tergolong
Sarcodina (Rhizopoda) menggunakan kaki semu atau pseupodia untuk bergerak dan
menangkap mangsa misalnyaAmoeba. Sedangkan Rhizopoda yang terbungkus oleh
cangkang misalnyaForaminifero dan Arcella. Amoeba adalah hewan bersel
satu hidup bebas atau hidup sebagai parasit. Amoeba yang hidup bebas di tanah
yang berair dan banyak mengandung bahan organik, contohnya: Amoeba
proteus. Sedangkan contoh Amoeba yang bersifat parasit terdapat dirongga
mulut sepertiEntamoeba ginggivalis dan di dalam usus manusia
adalah Entamoeba histolytica (Anonimous, 2012).
Dari kelas Rhizopoda ini
dapat dibagi menjadi 4 genus berdasarkan morfologi dari intinya, yaitu :
A. Genus Entamoeba dengan inti Entamoeba
Inti
Entamoeba yaitu karisom kecil terletak dibagian tengah inti (eksentris atau sentris),
di sekeliling membran inti terdapat banyak granula kromatin.
Yang
termasuk dalam genus ini ada beberapa spesies, yaitu :
a. Entamoeba Histolytica
b. Entamoeba coli
c. Entamoeba hartmani
d. Entamoeba gynggivalis
B. Genus Endolimax dengan inti Endolimax
Inti
Endolimax yaitu kariosomnya besar, dibagian tengah inti, bentuk tidak beraturan
dan dihubungkan dengan membran inti oleh serabut akromatik, tidak mempunyai
kariosom perifer. Yang termasuk genus ini adalah spesies Endolimax nana
C. Genus Iodamoeba dengan inti Iodamoeba
Inti
Iodamoeba yaitu kariosomnya besar terletak dibagian tengah inti dikelilingi
butir-butir akromatik, kromatin perifer tidak ada. Yang termasuk genus ini
adalah spesies Iodamoeba butschilii.
D. Genus Dientamoeba yaitu parasit kecilhanya terdapat
stadium trofozoit yang mempunyai 2 inti dientamoeba, kariosomnya dibagian
tengah inti terdiri dari beberapa granula kromatin dan membentuk lingkaran yang
dihubungkan dengan membran inti oleh serabut akromatik. Yang termasuk genus ini
adalah spesies Dientamoeba fragilis.
Manusia merupakan hospes
delapan spesies ameba yang hidup dalam rongga usus besar yaitu Entamoeba histolytica, Entamoeba dispar,
Entamoeba coli, Entamoeba hartmanni, Jodamoeba butschlii, Dientamoeba fragilis,
Endolimax nana dan satu spesies ameba yang hidup dalam mulut, yaitu Entamoeba gingivalis. Semua ameba itu
tidak patogen dan hidup sebagai komensal pada manusia, kecuali E.histolytica.
Amebiasis sebagai penyakit
disentri yang dapat menyebabkan kematian di kenal sejak 460 tahun sebelum
masehi oleh Hippocrates. Parasitnya adalah Entamoeba
histolytica pertama kali ditemukan oleh Losch (tahun 1875) dari tinja
disentri seorang penderita di Leningrad,
Rusia. Pada autopsi, Losch menemukan E.histolytica
stadium trofozoit dalam uklus usus besar.
Pada tahun 1893 Quinche dan
Roos menemukan E.histolytica staadium
kista, sedangkan Schaudinn (1903) memberi nama spesies entamoeba histolytica dan membedakannya dengan ameba yang juga
hidup dalam usus besar yaitu Entamoeba coli.
Sepuluh tahun kemudian
Walker dan Sellards di Filipinamembuktikan dengan eksperimen pada sukarelawan,
bahwa E.histolytica merupakan
penyebab kolitis amebik dan E.coli
merupakan parasit komensal dalam usus besar.
Pada tahun 1979, Brumpt
menyatakan bahwa walaupun E.histolytica dan
E.dispar tidak dapat dibedakan secara
morfologi, hanya E.histolytica yang
bersifat sebagai patogen. Kedua spesies ini ini berbeda dalam hal isoenzim,
sifat antigen dan genetikanya. Sejak tahun 1993 kedua spesies tersebut secara
resmi dibedakan sebagai patogen (E.histolytica)
dan apatogen (E.dispar). untuk
membuktikan E.histolytica sebagai
penyebab diare, sekarang digunakan teknik diagnosis dengan mendeteksi antigen
atau DNA/RNA parasitnya.
Struktur Rhizopoda
2.
Klasifikasi
Kelas rhizopoda dibagi menjadi 5 ordo yakni :
a. Ordo Lobosa
Ciri-cirinya : mempunyai pseudopodia pendek dan tumpul serta terdapat
perbedaan yang jelas antara ektoplasma serta endoplasma.
b. Ordo filosa
Ciri-cirinya : mempunyai pseudopodia halus seperti benang dan
becabang-cabang.
c. Ordo foraminifera
Ciri-cirinya : mempunyai pseudopodia panjang dah halus.
d. Ordo helioza
Ciri-cirinya : mempunyai pseudopodia berbentuk benag yang radien dan
antarfilamen tidak pernah bersatu membentuk jala atau anyaman.
e. Ordo radiolarian
Cirinya : mmpunyai pseudopodia berupa benang-benang halus yang tersusun
radier dan bercabang-cabang membentuk jala (anyaman).
3.
Hospes, vektor, dan parasit
Manusia merupakan
satu-satunya hospes parasit ini. Parasit yang disebabkannya disebut amebiasis.
Walaupun beberapa binatang seperti anjing, kucing, tikus dan monyet dapat di
infeksi secara percobaan dengan E.histolytica,
hubungannya dengan penularan zoonosis masih belum jelas.
Hospes Entamoeba coli adalah
manusia, monyet dan babi.
Hospes Endolimax nana adalah
manusia dan tidak memiliki hospes reservoar.
Manusia merupakan hospes
definitif Iodamoeba butschlii, sedangkan babi dan primata lain merupakan hospes
reservior.
4.
Terminologi parasit
ENTAMOEBA HISTOLYTICA
3 stadium :
Histolytica
Bentuknya trofozoit, bersifat patogen, ukuran lebih besar 20-40 mikron, Ektoplasma nyata, Endoplasma mengandung sel darah merah, pseudopodium dibentuk dadakan sehingga pergerakan cepat, inti di endoplasma
Bentuknya trofozoit, bersifat patogen, ukuran lebih besar 20-40 mikron, Ektoplasma nyata, Endoplasma mengandung sel darah merah, pseudopodium dibentuk dadakan sehingga pergerakan cepat, inti di endoplasma
Minuta
Bentuk trofozoit, tidak patogen, ukuran lebih kecil 10-20 mikron, ektoplasma tidak nyata, Endoplasma mengandung sisa-sisa makanan & pergerakan lambat, inti diàbakteri, pseudopodium dibentuk perlahan endoplasma
Bentuk trofozoit, tidak patogen, ukuran lebih kecil 10-20 mikron, ektoplasma tidak nyata, Endoplasma mengandung sisa-sisa makanan & pergerakan lambat, inti diàbakteri, pseudopodium dibentuk perlahan endoplasma
Kista
Tidak patogen, merupakan bentuk infektif, ukurannya 10-20 mikron terdapat di rongga usus besar, bulat/lonjong, terdapat dinding yang melindunginya, terdapat endoplasma
Tidak patogen, merupakan bentuk infektif, ukurannya 10-20 mikron terdapat di rongga usus besar, bulat/lonjong, terdapat dinding yang melindunginya, terdapat endoplasma
ENTAMOEBA COLI
Vegetatif
Ukurannya 15-30 mikron, bentuknya trofozoid, lonjong/bulat, memiliki 1 inti entameba
Ukurannya 15-30 mikron, bentuknya trofozoid, lonjong/bulat, memiliki 1 inti entameba
Kista
Ukurannya 15-22 mikron, bulat/lonjong, memiliki inti 2 dan inti 8 (dewasa), dinding kista tebal berwarna hitam
Ukurannya 15-22 mikron, bulat/lonjong, memiliki inti 2 dan inti 8 (dewasa), dinding kista tebal berwarna hitam
5.
Daur hidup
Dalam daur hidupnya, E.histolytica mempunyai dua stadium,
yaitu trofozoit dan kista. Bila kista matang tertelan, kista tersebut tiba
dilambung masih dalam keadaan utuh karena dinding kista tahan terhadap asam
lambung. Di rongga terminal usus halus, dinding kista dicernakan, terjadi
ekskistasi dan keluarlah stadium trofozoit yang masuk kerongga usus besar. Dari
satu kista yang mengandung 4 buah inti, akan terbentuk 8 buah trofozoit.
Stadium trofozoit berukuran 10-60 mikron (sel darah merah 7 mikron), mempunyai
inti entameba yang terdapat di endoplasma. Ektoplasma bening homogen terdapat
dibagian tepi sel. Pseudopodium yang dibentuk dari ektoplasma, besar dan lebar
seperti daun, dibentuk dengan mendadak, pergarakannya cepat dan menuju suatu
arah. Endoplasma berbutir halus, biasanya mengandung bakteri atau sisa makanan.
Bila ditemukan sel darah merah disebut erythrophagocytosis
yang merupakan tanda patognomonik infeksi E.histolytica.
Stadium trofozoit dapat
bersifat patogen dan menginvasi jaringan usus besar. Dengan aliran darah,
menyebar kejaringan hati, paru, otak, kulit dan vagina. Hal tersebut disebabkan
sifatnya yang dapat merusak jaringan sesuai dengan nama spesiesnya E.histolytica (histo = jaringan, lysis =
hancur). Stadium trofozoit berkembang biak secara belah pasang.
Stadium kista dibentuk dari
stadium trofozoit yang berada di rongga usus besar. Di dalam rongga usus besar,
stadium trofozoit dapat berubah menjadi stadium precyst yang berinti satu, kemudian membelah menjadi berinti dua,
dan akhirnya berinti 4 yang dikeluarkan bersama tinja. Ukuran kista 10-20
mikron, berbentuk bulat atau lonjong, mempunyai dinding kista dan inti
entameba. Dalam tinja stadium ini biasanya berinti 1 atau 4, kadang-kadang
terdapat yang berinti 2. Di endoplasma terdapat benda kromatoid yang besar,
menyerupai lisong dan terdapat vakuol glikogen. Benda kromatoid dan vakuol
glikogen dianggap sebagai makanan cadangan, karena itu terdapat pada kista
muda.
Pada kista matang, benda
kromatoid dan vakuol glikogen biasanya tidak ada lagi. Stadium kista tidak
patogen, tetapi merupakan stadium yang efektif. Dengan adanya dinding kista,
stadium kista dapat bertahan terhadap pengaruh buruk diluar badan manusia.
Infeksi terjadi dengan menelan kista matang.
Infeksi yang disebabkan oleh
E.histolytica dan E.dispar
dapat ditetapkan dengan menemukan stadium kista dan/atau trofozoit dalam tinja.
Entamoeba histolytica tidak selalu
menyebabkan gejala. Stadium trofozoit dapat ditemukan pada tinja yang
konsistensinya lembek atau cair, sedangkan stadium kista biasanya ditemukan
pada tinja padat.
6.
Morfologi dan sifat umum
a. Entamoeba histolytica
Dalam
siklus hidupnya terdapat tiga bentuk yaitu :
1) Bentuk histolitika : besarnya 20-40 mikron, inti entameba
ada satu dengan kariosom letak sentral, endoplasma dengan vakuol-vakuol, ada
eritrosit, ektoplasma membentuk pseudopodium.
2) Bentuk minuta : besarnya 10-20 mikron, mempunyai satu
inti entameba dengan kariosom letak sentral, endoplasma dengan vakuol-vakuol,
tanpa eritrosit, ektoplasma membentuk pseudopodium.
3) Bentuk kista : besarnya 10-20 mikron, mempunyai satu atau
empat inti, terlihat benda kromatoid.
b. Entamoeba coli
Terbagi
atas dua bentuk yaitu :
1) Bentuk vegetatif : besarnya 15-30 mikron, mempunyai satu
inti entamoeba, kariosom letaknya eksentris, endoplasma dengan vakuol tanpa
eritrosit, ektoplasma dapat membentuk pseudopodium.
2) Bentuk kista : besarnya 15-22 mikron, berinti dua atau
delapan.
c. Endolimax nana
Terbagi
atas dua bentuk, yaitu :
1) Bentuk trofozoit : besarnya 6-15 mikron, sitoplasmanya
bergranula dan bervakuol, inti sentral, mempunyai kariosom yang nyata.
2) Bentuk kista : besarnya 5-14 mikron, mempunyai 4 inti
yang letaknya tidak teratur.
d. Iodamoeba butschlii
Terbagi
atas dua bentuk, yaitu :
1) Bentuk vegetatif : besarnya 8-20 mikron, bentuk lonjong
dengan satu inti iodameba, endoplasma berisi banyak vakuol.
2) Bentuk kista : besarnya 8-15 mikron, bentuk lonjong atau
piriform, mempunyai satu inti iodameba dan vakuol glikogen yang besar.
7.
Cara penularan
Entamoeba disentri (Entamoeba histolitica)
·
Tubuh bersel tunggal,
bentuknya tidak tetap
·
Hidup dalam jaringan
usus (bersifat endoparasit)
·
Makanan eritrosit dan
mampu membentuk cysta bila keadaan tidak menguntungkan.
Entamoeba
histolytica mempunyai siklus hidup secara berurutan dari trophozoite
(bentuk vegetatif), prakisa, kista (dengan satu atau dua inti), metatropozoite.
Bentuk tropozoitenya aktif bergerak, ukurannya 10-60 mikron, sedangkan kistanya
tidak bergerak ukurannya 5-20 mikron.
Bentuk tropozoitenya mudah
mati di luar tubuh manusia. Bentuk kistanya mudah mati dengan pengeringan atau
pemanasan 550C, tetapi tahan hidup sampai dua bulan di dalam air (selokan,
kali, sawah) tidak mati pada kadar chlor yang biasa dipakai dalam pengolahan
air minum, tahan terhadap desinfektan. Pada feses yang basah tahan sampai 12
hari.Entamoeba histolytica menimbulkan penyakit pada manusia, kucing,
anjing dan babi. Penularan kepada manusia terjadi karena makanan atau minuman
yang terkontaminasi kista yang berasal dari feses penderita. Penularan dalam
keluarga satu rumah terjadi karenaorang tua yang menyediakan atau memasak
makanan mengandung kistanya (penderita / carier).
Musca domestica (lalat
rumah) atau kecoa (Blatta orientalis), blatella germanica, perplaneta
Americana, dapat memindahkan kista dari feces ke makanan.
Di beberapa tempat sering
kali feces manusia dipakai sebagai pupuk tanaman atau sayuran dicuci dengan air
pemukaan yang sudah tercemari feces, sehingga meningkatkan terjadinya
penularan.Wabah dapat terjadi bila air untuk keperluan rumah tangga bagi
masyarakat luas, tercemari feces manusia, terutama di waktu hujan dimana selokan
mampat, tersumbat sampah, air dan kotorannya meluap ke mana-mana.
8.
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dengan :
a. Diagnosis klinik
b. Diagnosis laboratorium
c. Radio foto, dan
d. Tes immunologi.
Diagnosis untuk Amoebiasis histolytica dapat
dibagi :
1) Amoebiasis intestinal
akut dapat ditegakkan dengan :
a. Gejala klinik, yaitu diare yang terjadi ±10 kali sehari disertai
demam dan sindroma disentri.
b. Laboratorium, ditemukan E.histolytica stadium histolytica pada tinja encer yang bercampur
darah. Pada pemeriksaan darah terjadi leukositosis.
2)
Amobiasis intestinal kronis dapat ditegakkan dengan :
a.
Gejala klinik, diare
bergantian dengan obstipasi. Bila terjadi eksa serbasi akut, biasanya terjadi
sindroma disentri.
b.
Laboratorium,
menemukan E.histolytica stadium kista
pada tinja yang agak padat. Pada pemeriksaan ini agak sulit ditemukan parasit
ini, maka perlu melakkukan pemeriksaan tinja berulang hingga 3 kali. Dapat pula
dilakukan sigmoidoskopi dan reaksi serologi.
3)
Amobiasis hepatis
a.
Pemeriksaan klinis,
penderita datang dengan kesakitan, membungkuk seperti menggendong perut sebelah
kanan, disertai demam, berat badan menurun, dan nafsu makan berkurang atau sama
sekali tidak ada nafsu makan. Pada palpasi terba hati yang membesar dengan nyeri
demam.
b.
Laboratorium, darah
ditemukan leukositosis. Pada biopsi dasar abses ditemukan E.histolytica stadium histolytica. Pada aspirasi nanah dapat
ditemukan E.histolytica stadium
histolytica, tapi penemuan ini agak susah.
Bila
E.histolytica tidak ditemukan, maka
dapat dilakukan tes serologi seperti :
Tes haemaglutinasi
Tes immunologi
Pada Rontgen Foto biasanya ditemukan
peninggian diafragma.
4)
Amobiasis paru = pulmonary amoebiasis
a. Pemeriksaan klinik, sukar dibedakan dengan infeksi paru
lainnya, hal ini karena tidak ada laporan mengenai gejala klinik yang khas dari
Pulmonary Amoebiasis.
b. Laboratorium, sputum penderita yang berasal dari
penyebaran Amoebiasis secara hematogen akan ditemukan E.histolytica stadium histolytica.
Bila abses paru berasal dari ruptur abses hepatis, maka
selain E.histolytica stadium
histolytica akan ditemukan juga bekas sel hati yang ruptur dan darah serta
bekas otot diafragma yang hancur.
Diagnosis yang akurat
merupakan hal yang sangat penting, karena 90% penderita asimtomatik E.histolytica dapat menjadi sumber
infeksi bagi sekitarnya.
a. Pemeriksaan mikroskopik
Adanya sel darah merah dalam sitoplasma E.histolytica stadium trofozoit
merupakan indikasi terjadinya invasif amebiasis yang hanya disebabkan oleh E.histolytica. Selain itu, motilitas
stadium trofozoit akan menghilang dalam waktu 20-30 menit. Bila tidak segera
diperiksa, tinja disimpan dalam pengawet polyvinil
alkohol (pva) atau pada suhu 4oC. Dalam hal terakhir, stadium
trofozoit dapat terlihat aktif sampai 4 jam. Selain itu pada sediaan basah
dapat ditemukan sel darah merah. Hal yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
mikroskopik adalah keterlambatan waktu pemeriksaan, jumlah tinja yang tidak
mencukupi, wadah tinja yang terkontaminasi dengan urin atau air, penggunaan
antibiotik, laksatif, antasid, preparat antidiare, frekwensi pemeriksaan dan
tinja tidak diberi pengawet.
b. Pemeriksaan serologi untuk mendeteksi antibodi
Sebagian besar orang yang tinggal didaerah endemis E.histolytica akan terpapar parasit
berulang kali. Kelompok tersebut sebagian besar akan asimtomatik dan
pemeriksaan antibodi sulit membedakan antara current atau previous
infections. Pemeriksaan antibodi akan sangat membantu dalam menegakkan
diagnosis pada kelompok yang tidak tinggal di daerah endemis. Sebanyak 75-80%
penderita dengan gejala yang disebabkan E.histolytica
memperlihatkan hasil yang positif pada uji serologi antibodi terhadap E.histolytica. Hal ini dapat dilakukan
dengan berbagai macam uji serologi seperti IHA, lateks agglutinasi, counterimmunoelactrophoresis, gel diffusion
test, uji komplemen dan ELISA.
c. Deteksi antigen
Antigen ameba yaitu Gal/Gal-Nac
lectin dapat di deteksi dalam tinja, serum, cairan abses, dan air liur
penderita.hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknik ELISA, jika dengan
teknik CIEP sensitivitasnya lebih rendah.
d. Polymerase chain
reaction (PCR)
Metode PCR mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang
sebanding dengan deteksi antigen pada tinja penderita amebiasis
intestinal.kekurangannya adalah waktu yang diperlukan lebih lama, tekniknya
lebih sulit, dan juga lebih mahal.
Diagnosis E.coli
ditegakkan dengan menemukan stadium trofozoit atau stadium kista dalam
tinja.
Daftar pustaka
1. Juni prianto L.A., Tjahaya P.U., Darmawanto. Atlas
Parasitologi Kedokteran. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Kompas Gramedia
Building, Jakarta.
2. Rosdiana safar. Parasitologi Kedokteran (Protozoologi,
Helmintologi, Entomologi). Penerbit Yrama Widya, Bandung. 2009
3. Staf pengajar departemen parasitologi, FKUI. Parasitologi
kedokteran edisi keempat. FKUI, Jakarta. 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar