WEDA
Ajaran agama
dalam Hindu didasarkan pada kitab suci atau susastra suci keagamaan yang disusun dalam masa
yang amat panjang dan berabad-abad, yang mana di dalamnya memuat nilai-nilai
spiritual keagamaan berikut dengan tuntunan dalam kehidupan di jalan dharma. Di
antara susastra suci tersebut, Weda merupakan yang paling tua
dan lengkap, yang diikuti dengan Upanishad sebagai susastra dasar yang sangat
penting dalam mempelajari filsafat Hindu.
Sastra lainnya yang menjadi landasan penting dalam ajaran Hindu adalah Tantra, Agama
dan Purana serta kedua Itihasa (epos), yaitu Ramayana dan Mahabharata. Bhagawadgita adalah ajaran yang dimuat dalam
Mahabharata, merupakan susastra yang dipelajari secara luas, yang sering
disebut sebagai ringkasan dari Weda.
Secara umum,
pustaka suci Hindu dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kitab Sruti dan
kelompok kitab Smerti.
- Sruti berarti "yang didengar" atau wahyu. Yang tergolong kitab Sruti adalah kitab-kitab yang ditulis berdasarkan wahyu Tuhan, seperti misalnya Weda, Upanishad, dan Bhagawadgita. Dalam perkembangannya, Weda dan Upanishad terbagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil, seperti misalnya Regweda dan Isopanishad. Kitab Weda berjumlah empat bagian sedangkan kitab Upanishad berjumlah sekitar 108 buah.
- Smerti berarti "yang diingat" atau tradisi. Yang tergolong kitab Smerti adalah kitab-kitab yang tidak memuat wahyu Tuhan, melainkan kitab yang ditulis berdasarkan pemikiran dan renungan manusia, seperti misalnya kitab tentang ilmu astronomi, ekonomi, politik, kepemimpinan, tata negara, hukum, sosiologi, dan sebagainya. Kitab-kitab smerti merupakan penjabaran moral yang terdapat dalam kitab Sruti.
Kitab Regweda dalam aksara Dewanagari dari abad ke-19.
|
Krishna Dwaipayana Wyasa, seorang Maharesi yang
mengklasifikasi kitab Weda.
Weda
Weda
merupakan kitab suci yang menjadi sumber segala ajaran agama Hindu. Weda merupakan
kitab suci tertua di dunia karena umurnya setua umur agama Hindu. Weda berasal
dari bahasa Sanskerta, yaitu dari kata vid
yang berarti "tahu". Kata Weda berarti "pengetahuan".Weda
(Sanskerta: Vid,
"ilmu pengetahuan") adalah kitab suci agama Hindu. Weda merupakan kumpulan
sastra-sastra kuno dari zaman India Kuno yang jumlahnya
sangat banyak dan luas. Dalam ajaran Hindu, Weda termasuk dalam golongan
Sruti (secara harfiah berarti "yang didengar"),
karena umat Hindu percaya bahwa isi Weda
merupakan kumpulan wahyu dari Brahman (Tuhan).
Weda diyakini sebagai sastra tertua dalam peradaban manusia yang masih
ada hingga saat ini. Pada masa awal turunnya wahyu, Weda diturunkan/diajarkan
dengan sistem lisan — pengajaran dari mulut ke mulut, yang mana pada masa itu
tulisan belum ditemukan — dari guru ke siswa. Setelah tulisan
ditemukan, para Resi menuangkan ajaran-ajaran Weda ke
dalam bentuk tulisan.[1]
Weda bersifat apaurusheya,
karena berasal dari wahyu, tidak dikarang oleh manusia, dan abadi.[2]
Maharesi Byasa, menyusun kembali Weda dan membagi Weda
menjadi empat bagian utama, yaitu: Regweda, Yajurweda, Samaweda dan Atharwaweda. Semua itu disusun pada masa awal Kaliyuga.
Etimologi
Secara etimologi, kata Weda berakar dari kata vid,
yang dalam bahasa Sanskerta
berarti "mengetahui", dalam rumpun bahasa Indo-Eropa berakar dari kata weid,
yang berarti "melihat" atau "mengetahui".[3]
weid juga merupakan akar kata dari wit dalam Bahasa Inggris, sebagaimana kata vision
dalam bahasa Latin.
Upaweda
Upaweda
merupakan turunan dari Weda yang merupakan jurusan ilmu yang lebih
spesifik dalam aplikasi kehidupan. Upaweda digolongkan dalam beberapa jurusan,
antara lain:
- Ayurweda - Ilmu pengobatan.
- Dhanurweda - Seni bela diri dan persenjataan.
Ayurveda dan Dhanurveda memiliki beberapa
kesamaan dalam kegiatan prakteknya. Keduanya bekerja dengan memanfaatkan Marma,
energi Prana
yang mengalir di dalam tubuh. Ayurveda berfungsi mengobati badan jasmani,
sedangkan Dhanurveda memanfaatkan energi prana sebagai pelindung tubuh. Konsep
ini juga dikenal dalam ilmu pengetahuan di Cina,
dalam akupuntur dan seni beladiri-nya.
- Stahapatya Veda - Ilmu Arsitektur, Seni Pahat dan Ilmu Geomansi.
- Gandharv Veda - Seni musik, sajak dan tari
Beberapa
bidang ilmu seperti Jyotisha (Ilmu Astrologi), Tantra, Shiksha dan Vyakara
(Ilmu Tata Bahasa) juga bersumber pada Weda. Para Maha Rsi yang menerima wahyu
Weda jumlahnya sangat banyak, namun yang terkenal hanya tujuh saja yang disebut
Saptaresi.
Ketujuh Maha Rsi tersebut yakni:
- Resi Gritsamada
- Resi Wasista
- Resi Atri
- Resi Wiswamitra
- Resi Wamadewa
- Resi Bharadwaja
- Resi Kanwa
Ayat-ayat
yang diturunkan oleh Tuhan kepada para Maha Rsi tersebut tidak
terjadi pada suatu zaman yang sama dan tidak diturunkan di wilayah yang sama. Resi
yang menerima wahyu juga tidak hidup pada masa yang sama dan tidak berada di
wilayah yang sama dengan resi lainnya, sehingga ribuan ayat-ayat tersebut
tersebar di seluruh wilayah India dari zaman ke zaman,
tidak pada suatu zaman saja. Agar ayat-ayat tersebut dapat dipelajari oleh
generasi seterusnya, maka disusunlah ayat-ayat tersebut secara sistematis ke
dalam sebuah buku. Usaha penyusunan ayat-ayat tersebut dilakukan oleh Bagawan
Byasa atau Krishna Dwaipayana Wyasa dengan dibantu oleh
empat muridnya, yaitu: Bagawan Pulaha,
Bagawan Jaimini,
Bagawan Wesampayana, dan Bagawan Sumantu.
Setelah
penyusunan dilakukan, ayat-ayat tersebut dikumpulkan ke dalam sebuah kitab yang
kemudian disebut Weda. Sesuai dengan isinya, Weda terbagi menjadi empat, yaitu:
- Regweda Samhita
- Ayurweda Samhita
- Samaweda Samhita
- Atharwaweda Samhita
Keempat
kitab tersebut disebut "Caturweda Samhita". Selain keempat Weda
tersebut, Bhagawadgita yang merupakan intisari ajaran Weda disebut sebagai
"Weda yang kelima".
Regweda (Sanskerta ṛgveda Dewanagari, ) atau Rigweda adalah
kitab Śruti yang paling utama. Ia terdiri dari 1,017
(+11 appendix = 1,028) nyanyian pujaan (himne) dengan jumlah total 10.562 baris
yang dijelaskan dalam 10 buku. Satu hymne memiliki tiga bagian dasar. Bagian
pertama adalah permohonan (exhortation), bagian kedua adalah pujian terhadap
Dewa tertentu dalam bentuk doa, dan bagian ketiga adalah permohonan khusus. Agama
yang dijelaskan dalam Regweda dapat disebut Brahmanisme atau Wedisme. Dalam
Regweda kita melihat bangsa
Arya baru saja menetap di lembah-lembah sungai Indus
dan memuja semua kekuatan alam seperti udara (Bayu),
air (Baruna), matahari (Surya),
bulan (Soma) dan api (Agni).
Rgweda sebagaimana bukan kitab suci yang disusun selama periode waktu tertentu
tapi satu kitab suci yang disusun dalam tahapan selama beberapa abad.
Yayurveda (Sanskrit yajurveda) berasal dari akar kata yajus
"pengorbanan", veda "pengetahuan", adalah salah satu
bagian dari Kitab Suci Weda.
Memuat sastra suci yang terfokus pada ritual dan korban suci.
Samaveda (Sansekerta: sāmaveda, berakar dari kata sāman "irama" + veda "pengetahuan") tidak lain adalah
himpunan mantra-mantra yang diberi tanda nada untuk berbagai irama. Samaveda
merupakan bagian dari Catur Veda yang disebut juga "Nyanyian Veda
Suci. Samaveda memuat 1875 mantram, dan dimana 1800 mantram merupakan
pengulangan daripada Rgveda dan 75 mantram yang
lain memang disusun dan dimuat dalam sastra ini.
Atharvaveda (Sansekerta atharvavéda,
berakar dari kata atharvān,
nama seorang Maharsi, dan veda berarti
"pengetahuan") adalah sastra suci bagi umat Hindu, merupakan bagian
dari Catur Veda. Terdapat 9 śākhā (resensi) tentang Atharvaveda, yaitu:
Paippalāda, Dānta, Pradānta, Snāta, Snauta, Brahmadāvala, Śaunaka, Devadarśani,
dan Caranavidyā. Namun śākhā yang masih bertahan hingga kini adalah Śaunakiya
dan Paippalāda.
Bhagawadgita
Bhagawadgita
merupakan suatu bagian dari kitab Bhismaparwa, yakni kitab keenam dari seri Astadasaparwa kitab Mahabharata, yang berisi percakapan antara Sri Kresna dengan Arjuna menjelang Bharatayuddha terjadi. Diceritakan bahwa Arjuna
dilanda perasaan takut akan kemusnahan Dinasti Kuru jika Bharatayuddha terjadi. Arjuna
juga merasa lemah dan tidak tega untuk membunuh saudara dan kerabatnya sendiri
di medan
perang. Dilanda oleh pergolakan batin antara mana yang benar dan mana yang
salah, Arjuna bertanya kepada Kresna yang mengetahui dengan
baik segala ajaran agama.Kresna yang memilih menjadi kusir kereta Arjuna
menjelaskan dengan panjang lebar ajaran-ajaran ketuhanan dan kewajiban seorang kesatria agar dapat membedakan antara yang baik
dengan yang salah. Ajaran tersebut kemudian dirangkum menjadi sebuah kitab
filsafat yang sangat terkenal yang bernama Bhagawadgita.Bhagawadgita terdiri dari delapan
belas bab dan berisi ± 650 sloka. Setiap bab menguraikan
jawaban-jawaban yang diajukan oleh Arjuna kepada Kresna. Jawaban-jawaban tersebut merupakan wejangan suci
sekaligus pokok-pokok ajaran Weda.
Purana
Purana
adalah bagian dari kesusastraan Hindu
yang memuat mitologi, legenda, dan kisah-kisah zaman dulu. Kata Purana
berarti "sejarah kuno" atau "cerita kuno". Penulisan
kitab-kitab Purana diperkirakan dimulai sekitar tahun 500 SM. Terdapat delapan
belas kitab Purana yang disebut Mahapurana. Adapun kedelapan belas kitab
tersebut yakni:
Itihasa
Itihasa adalah
suatu bagian dari kesusastraan Hindu
yang menceritakan kisah kepahlawanan para raja dan kesatria Hindu di masa
lampau dan dikombinasikan dengan filsafat agama, mitologi, dan cerita tentang makhluk
supranatural, yang merupakan manifestasi kekuatan Brahman. Kitab Itihasa disusun oleh para Resi
dan pujangga India
masa lampau, seperti misalnya Resi Walmiki dan Resi
Byasa. Itihasa yang terkenal ada dua, yaitu Ramayana dan Mahabharata.
Kitab lainnya
Selain kitab
Weda,
Bhagawadgita, Upanishad, Purana dan Itihasa, agama Hindu mengenal
berbagai kitab lainnya seperti misalnya: Tantra, Jyotisha, Darsana,
Salwasutra,
Nitisastra,
Kalpa,
Chanda, dan lain-lain. Kebanyakan kitab tersebut
tergolong ke dalam kitab Smerti karena memuat ajaran astronomi, ilmu hukum,
ilmu tata negara, ilmu sosial, ilmu kepemimpinan, ilmu bangunan dan
pertukangan, dan lain-lain.
Kitab Tantra memuat tentang cara pemujaan masing-masing sekte
dalam agama Hindu. Kitab Tantra juga mengatur tentang pembangunan tempat suci Hindu dan peletakkan arca.
Kitab Nitisastra
memuat ajaran kepemimpinan dan pedoman untuk menjadi seorang pemimpin yang
baik. Kitab Jyotisha merupakan kitab yang memuat ajaran
sistem astronomi tradisional Hindu. Kitab Jyotisha
berisi pedoman tentang benda langit dan peredarannya. Kitab Jyotisha digunakan
untuk meramal dan memperkirakan datangnya suatu musim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar