Rabu, 31 Oktober 2012

Mikrobakterium Leprae


BENTUK MIKOBAKTERIUM LEPRAE

BENTUK BENTUK BTA-LEPRAE
*      SOLID ( UTUH )
- Dinding sel tidak putus
- Mengambil zat warna secara merata.
- Panjang kuman 4 x lebarnya.

*      FRagmented ( pecah )
- Dinding sel terputus mungkin sebagian atau seluruhnya.
- Pengambilan zat warna tidak merata ( kecuali sebagian tengah masih dianggap utuh ).
*      GRanular
- Kelihatan seperti titik-titik tersusun garis lurus atau berkelompok.
*      GLOBUS
- Beberapa BTA utuh atau granulai mengadakan ikatan/ Kelompok- kelompok.

- Kelompok kecil 40-60 BTA.

- Kelompok besar 200- 300 BTA.
*      CLumps
- Beberapa bentuk granular membentuk pulau-pulau tersendiri ( lebih dari 500 BTA)
GEJALA PENYKIT
Pada lepra lepromatosamuncul benjolan kecil atau ruam menonjol yang lebih besar dengan berbagai ukuran dan bentuk. Terjadi kerontokan rambut tubuh, termasuk alis dan bulu mata. Lepra perbatasan merupakan suatu keadaan yang tidak stabil, yang memiliki gambaran kedua bentuk lepra. Jika keadaannya membaik, maka akan menyerupai lepra tuberkuloid; jika kaeadaannya memburuk, maka akan menyerupai lepra lepromatosa. Selama perjalanan penyakitnya, baik diobati maupun tidak diobati, bisa terjadi reaksi kekebalan tertentu, yang kadang timbul sebagai demam dan peradangan kulit, saraf tepi dan kelenjar getah bening, sendi, buah zakar, ginjal, hati dan mata. Pengobatan yang diberikan tergantung kepada jenis dan beratnya reaksi, bisa diberikan kortikosteroid atau talidomid.
Mycobacterium leprae adalah satu-satunya bakteri yang menginfeksi saraf tepi dan hampir semua komplikasinya merupakan akibat langsung dari masuknya bakteri ke dalam saraf tepi. Bakteri ini tidak menyerang otak dan medulla spinalis. Kemampuan untuk merasakan sentuhan, nyeri, panas dan dingin menurun, sehingga penderita yang mengalami kerusakan saraf tepi tidak menyadari adanya luka bakar, luka sayat atau mereka melukai dirinya sendiri. Kerusakan saraf tepi juga menyebabkan kelemahan otot yang menyebabkan jari-jari tangan seperti sedang mencakar dan kaki terkulai. Karena itu penderita lepra menjadi tampak mengerikan. Penderita juga memiliki luka di telapak kakinya. Kerusakan pada saluran udara di hidung bisa menyebabkan hidung tersumbat. Kerusakan mata dapat menyebabkan kebutaan. Penderita lepra lepromatosa dapat menjadi impoten dan mandul, karena infeksi ini dapat menurunkan kadar testosteron dan jumlah sperma yang dihasilkan oleh testis. 
  
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Utk memperkuat diagnosis bisa dilakukan pemeriksaan mikroskopik terhadap contoh jaringan kulit yang terinfeksi.
Bakteri penyebab lepra berkembangbiak sangat lambat, sehingga gejalanya baru muncul minimal 1 tahun setelah terinfeksi (rata-rata muncul pada tahun ke-5-7). Gejala dan tanda yang muncul tergantung kepada respon kekebalan penderita. Jenis lepra menentukan prognosis jangka panjang, komplikasi yang mungkin terjadi dan kebutuhan akan antibiotik.
Lepra tuberkuloid ditandai dengan ruam kulit berupa 1 atau beberapa daerah putih yang datar. Daerah tersebut bebal terhadap sentuhan karena mikobakteri telah merusak saraf-sarafnya. Pada lepra lepromatosa muncul benjolan kecil atau ruam menonjol yang lebih besar dengan berbagai ukuran dan bentuk. Terjadi kerontokan rambut tubuh, termasuk alis dan bulu mata.
Lepra perbatasan merupakan suatu keadaan yang tidak stabil, yang memiliki gambaran kedua bentuk lepra. Jika keadaannya membaik, maka akan menyerupai lepra tuberkuloid; jika kaeadaannya memburuk, maka akan menyerupai lepra lepromatosa.
Selama perjalanan penyakitnya, baik diobati maupun tidak diobati, bisa terjadi reaksi kekebalan tertentu, yang kadang timbul sebagai demam dan peradangan kulit, saraf tepi dan kelenjar getah bening, sendi, buah zakar, ginjal, hati dan mata. Pengobatan yang diberikan tergantung kepada jenis dan beratnya reaksi, bisa diberikan kortikosteroid atau talidomid. Mycobacterium leprae adalah satu-satunya bakteri yang menginfeksi saraf tepi dan hampir semua komplikasinya merupakan akibat langsung dari masuknya bakteri ke dalam saraf tepi. Bakteri ini tidak menyerang otak dan medulla spinalis. Kemampuan untuk merasakan sentuhan, nyeri, panas dan dingin menurun, sehingga penderita yang mengalami kerusakan saraf tepi tidak menyadari adanya luka bakar, luka sayat atau mereka melukai dirinya sendiri. Kerusakan saraf tepi juga menyebabkan kelemahan otot yang menyebabkan jari-jari tangan seperti sedang mencakar dan kaki terkulai. Karena itu penderita lepra menjadi tampak mengerikan. 
Penderita juga memiliki luka di telapak kakinya. Kerusakan pada saluran udara di hidung bisa menyebabkan hidung tersumbat. Kerusakan mata dapat menyebabkan kebutaan. Penderita lepra lepromatosa dapat menjadi impoten dan mandul, karena infeksi ini dapat menurunkan kadar testosteron dan jumlah sperma yang dihasilkan oleh testis.
DIAGNOSA
Diagnosisi ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan pemeriksaan mikroskopik terhadap contoh jaringan kulit yang terinfeksi. Penyakit lepra berhubungan dengan kemiskinan dan pedesaan. Penyakit ini tidak berhubungan dengan HIV-AIDS karena memiliki angka inkubasi yang panjang. Kusta lebih banyak menyerang laki laki dewasa ketimbang wanita dan anak anak. Penularan Kusta melalui infeksi lendir hidung yang menginfeksi secara langsung, atau melalui tanah yang subur, seperti di India insidensi paling sering pada perkotaan dari pada desa. Hal ini terbukti bahwa bakteri lepra terdapat pada tanah di daerah yang endemik lepra tinggi. Inokulasi pada kulit yang pecah dapat menular secara langsung, dengan lokasi yang paling sering pada anak-anak di bokong dan lipat paha. 
PENANGANAN LEPRA

PENGOBATAN

Antibiotik dapat menahan perkembangan penyakit atau bahkan menyembuhkannya. Beberapa mikobakterium mungkin resisten terhadap obat tertentu, karena itu sebaiknya diberikan lebih dari 1 macam obat, terutama pada penderita lepra lepromatosa. Antibiotik yang paling banyak digunakan untuk mengobati lepra adalah dapson, relatif tidak mahal dan biasanya aman. Kadang obat ini menyebabkan reaksi alergi berupa ruam kulit dan anemia
Rifampicin adalah obat yang lebih mahal dan lebih kuat daripada dapson. Efek samping yang paling serius adalah kerusakan hati dan gejala-gejala yang menyerupai flu. Antibiotik lainnya yang bisa diberikan adalah klofazimin, etionamid, misiklin, klaritromisin dan ofloksasin.

Terapi antibiotik harus dilanjutkan selama beberapa waktu karena bakteri penyebab lepra sulit dilenyapkan. Pengobatan bisa dilanjutkan sampai 6 bulan atau lebih, tergantung kepada beratnya infeksi dan penilaian dokter. Banyak penderita lepra lepromatosi yang mengkonsumsi dapson seumur hidupnya.

Penelitian lain masih memperkirakan penularan melalui serangga seperti nyamuk, karena pada daerah endemis diketahui bahwa darah yang terdapat dalam nyamuk mengandung lepra.
Masa inkubasi lepra bervariasi dari 2 minggu sampai 4 tahun, walaupun secara umum durasi sepanjang 5 ? 7 tahun. Manifestasi lepra sangat bervariasi bergantung terhadap penyebaran bakteri dan gejala yang timbul pada kulit dan sistem persarafan. Secara umum bahwa gejala yang timbul hanya pada kulit dan 
saraf permukaan. Kulit yang mengalami gangguan berbentuk makula hipopigmentasi ( perubahan warna kulit seperti panu) satu atau beberapa buah yang jelas terlihat, pada batas dengan kulit yang sehat tampak penebalan, dan tidak adanya organ kulit (rambut, kelenjar keringat) sehingga kulit menjadi kering, dan bersisik. Gejala yang lebih lanjut lagi pada kulit yang berubah warna dan anggota gerak mengalami mati rasa sehingga bila tangan menyentuh benda panas atau terluka karena sesuatu tidak terasa. Kusta yang tidak diterapi dengan baik mengakibatkan kerusakan sistem saraf, kehilangan indra perasademam, gangguan pergerakan anggota gerak, kerontokan alis mata dan bulu mata, kehilangan tulang rawan hidung, kerusakan mata dan gangguan penglihatan, kerusakan pada testis sehingga tergangggunya produksi sperma yang akibatnya penderita menjadi steril (mandul). Pemberian vaksin BCG (bacille Calmette Guerin) untuk tindakan pencegahan telah terbukti efektif untuk mencegah lepra hingga 80%. Sedangkan untuk pengobatan masih menggunakan cukup efektif menggnakan Dapson sebagai antibiotik dan atu rifampisin.
PENCEGAHAN
Dulu perubahan bentuk anggota tubuh akibat lepra menyebabkan penderitanya diasingkan dan diisolasi. Pengobatan dini bisa mencegah atau memperbaiki kelainan bentuk, tetapi penderita cenderung mengalami masalah psikis dan sosial. Tidak perlu dilakukan isolasi. Lepra hanya menular jika terdapat dalam bentuk lepromatosa yang tidak diobati dan itupun tidak mudah ditularkan kepada orang lain. 
Selain itu, sebagian besar secara alami memiliki kekebalan terhadap lepra dan hanya orang yang tinggal serumah dalam jangka waktu yang lama yang memiliki resiko tertular. Dokter dan perawat yang mengobati penderita lepra tampaknya tidak memiliki resiko tertular.

Tidak ada komentar: