Om Swastyastu,
PENDAHULUAN
Tujuan Hidup
Umat Hindu adalah moksartham jagadhita – kesejahteraan dan kebahagiaan yang
abadi. Kesejahteraan – sifatnya duniawi (jagat), artinya sesuatu yang bisa
diukur. Misalnya sejahtera dikatakan dengan mempunyai mobil mewah, punya hotel,
rumah mewah dll, yang sifatnya duniawi. Sedangkan bahagia, sangat sulit diukur,
misalnya ada keluarga kecil kelihatan bahagia setelah bisa membelikan anaknya
sebuah sepeda, bahkan ada yang nampak bahagia, karena bisa makan hamburger di
Mc Donald. Artinya kebahagiaa itu sangat sulit diukur. Bagaimana kita bisa
mencapai tujuan hidup tersebut, para resi kita
menyusun sebuah tuntutan hidup
(way of life) – yang disebut sebagai Panca Shraddha, yang artinya lima
keyakinan untuk mencapai moksa, atau sering disebut sebagai lima dasar agama
Hindu. Apa saja Panca Shraddha tersebut, dan bagaimana menjalankannya, agar
tujuan hidup – bersatunya Atman dengan Brahman, sehingga manusia terlepas dari
ikatan duniawi, terlepas dari kelahiran kembali, bebas dari belenggu hidup
dstnya.
Kepercayaan dalam ajaran
agama hindu diyakini ada 5 yang disebut dengan Panca Srada, yaitu :
1. Kepercayaan terhadap Tuhan yang maha Esa/ Ida sanghyang widhi wasa (Brahman)
2. Kepercayaan terhadap roh (Atman)
3. Kepercayaan terhadap hukum sebab akibat (Karma Phala)
4. Kepercayaan terhadap reinkarnasi (Samsara/Punarbhawa)
5. Kepercayaan terhadap kebebasan abadi (Moksa)
1. Kepercayaan terhadap Tuhan yang maha Esa/ Ida sanghyang widhi wasa (Brahman)
2. Kepercayaan terhadap roh (Atman)
3. Kepercayaan terhadap hukum sebab akibat (Karma Phala)
4. Kepercayaan terhadap reinkarnasi (Samsara/Punarbhawa)
5. Kepercayaan terhadap kebebasan abadi (Moksa)
1. KeyakinanTerhadap Adanya
Tuhan (Widhi Sraddha)
Angkasa yang
luas nan jauh disana, lautan yang luas dengan ombaknya, gunung yang tinggi
menjulang ke langit, langit yang biru nan indah, ada matahari, bulan dan
bintang dan galaksi lainnya serta adanya manusia dengan segala sifatnya, ada
tumbuh-tumbuhan, adanya berbagai jenis binatang, dstnya. Siapa yang menciptakan
semuanya itu? Pertanyaan tersebut tidak ada yang bisa menjawab, sekalipun ahli
antropologi, ahli ilmu falak, ahli ilmu bumi tidak bisa menjawab dengan pasti
semuanya itu. Disamping itu kita sering mendengar adanya bencana alam, ada
lumpur Lapindo, ada Puting Beliung atau kejadian yang aneh-aneh, misalnya anak
kecil masih tetap hidup, walaupun sudah tertimbun reruntuhan bangunan selama
tiga hari akibat gempa bumi. Andaikata kita mengenang semuanya itu, maka kita
yakin dan percaya ada kekuatan yang bijaksana dan cerdas yang mengadakan dan
mengatur alam ini. Apa sebenarnya kekuatan itu? Ada yang menyebut hukum alam.
Bagaimana itu semuanya bisa terjadi? Sangat sulit menjawabnya dengan pasti.
Karena dari ceritera kakek nenek, hal tersebut sudah ada! Siapa yang
menciptakannya? Karena ketidaktahuan tersebut, maka umat Hindu percaya dengan
adaNYA kekuatan diluar manusia, yang menciptakan Bumi dan segala isi dan
kejadiannya, yaitu Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Kuasa – Maha Pengasih,
Penyayang, Pelindung, Adil dan tidak bisa terbayangkan). Atas dasar tersebut
umat Hindu percaya dan yakin dengan adanya Tuhan.
Agama Hindu
mengajarkan bahwa Hyang Widhi Esa adanya tidak ada duanya. Hal ini dinyatakan
dalam beberapa kitab Weda antara lain :
·
Dalam
Chandogya Upanishad dinyatakan : “Om tat Sat Ekam Ewa Adwityam Brahman” artinya
Hyang Widhi hanya satu tak ada duanya dan maha sempurna
·
Dalam
mantram Tri Sandhya tersebut kata-kata: “Eko Narayanad na Dwityo Sti Kscit“
artinya hanya satu Hyang Widhi dipanggil Narayana, sama sekali tidak ada
duanya.
·
Dalam
Kitab Suci Reg Weda disebutkan “Om Ekam Sat Wiprah Bahuda Wadanti“ artinya
Hyang Widhi itu hanya satu, tetapi para arif bijaksana menyebut dengan berbagai
nama.
·
Dalam
kekawin Sutasoma dinyatakan : “Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa”
artinya berbeda-beda tetapi satu, tak ada Hyang Widhi yang ke dua.
Dengan
pernyataan-pernyataan di atas sangat jelas, umat Hindu bukan menganut
Politheisme, melainkan mengakui dan percaya adanya satu Hyang Widhi. Hindu
sangat lengkap, dan fleksibel. Tuhan dalam Hindu di insafi dalam 3 aspek utama,
yaitu Brahman (Yang tidak terpikirkan), Paramaatma (Berada dimana-mana dan
meresapi segalanya), dan Bhagavan (berwujud)
2. KeyakinanTerhadap Adanya
Atma (Jivatma) Pada Manusia
Tuhan Yang Maha
Esa, yang bersifat Maha Kekal, tanpa awal dan akhir disebut sebagai Wiyapaka
nirwikara. Wiyapaka berarti meresap, berada di segala temat, pada makhluk, juga
pada manusia.
Didalam Veda
Parikrama dikatakan: Satu That yang tersembunyi dalam setiap makhluk yang
mengisi semuanya yang merupakan jiwa bathin semua makhluk. Raja dari semua
pebuatan, yang tinggi dalam setiap makhluk, saksi yang hanya ada dalam
pikirannya saja. Atman atau Jivatman adala percikan Tuhan yang ada pada setiap
manusia. Sehari-hari kita sering mendengar Hati Nurani, cahaya yang ada dalam
diri setiap makhluk, cahaya kejujuran yang ada pada manusia. Atman tidak
dipengaruhi oleh badan kasar kita (buana alit), karena atman adalah bagian dari
Brahman (disebut sebagai a little Brachman). Dengan adanya keyakinan terhadap
Atman, umat hindu akan berusaha berpikir, berkata dan berbuat sesuai dengan
hati nurani untuk mencapi tujuan hidup. Artinya, umat hindu sadar, bahwa di
dalam dirinya ada percikan Tuhan yang maha tahu, apa yang sudah kita lakukan,
sehingga kita selalu berpikir untuk berbuat baik, agar moksa yang dituju dapat
tercapai. Atman pada hakekatnya adalah Brahman yang ada didalam setiap makhluk,
maka atman luput dari WISAYA (Keadaan lahir, sakit, mati dll), akan tetapi jiwa
(sebagai saktinya atman) bisa kena wisaya, karena dapat digelapkan oleh badan
rohani (menangis, memfitnah, berbohong, mencaci), dapat ditekan oleh badan
jasmani (sakit, merana, luka dsb). Dalam kitab Bhagawadgita ditegaskan sebagai
berikut: Orang yang jiwanya tidak terikat oleh sentuhan duniawi, akan mendapat
kebahagiaan bathin, dan orang yang suksmanya selalu manunggal dengan Brahman
itu, ia akan mencapai kebahagiaan abadi. Oleh karena itu, kita selalu melakukan
sembahyang, mendekatkan diri kepada-NYA, agar jiwa kita bebas dari ikatan badan
rohani – disebut sebagai Bathin kita tenang – perasaan tenang, pikiran jernih
bebas dari belengu MAYA (bebas dari khayalan).
Atma yang
berasal dari Hyang Widhi mempunyai sifat “ Antarjyotih “ (bersinar tidak ada
yang menyinari, tanpa awal dan tanpa akhir, dan sempurna). Dalm kitab
Bhagadgita disebut sifat-sifat atma sebagai berikut :
1.Achodyhya
artinya tak terlukai oleh senjata
2. Adahya artinya tak terbakar oleh api
3. Akledya artinya tak terkeringkan oleh angin
4. Acesyah artinya tak terbasah oleh air
5. Nitya artinya abadi, kekal
6. Sarwagatah artinya ada dimana-mana
7. Sthanu artinya tak berpindah-pindah
8. Acala artinya tak bergerak
9. Sanatana artinya selalu sama
10. Adyakta artinya tak terlahirkan
11. Achintya artinya tak terpikirkan
12. Awikara artinya tak berjenis kelamin
2. Adahya artinya tak terbakar oleh api
3. Akledya artinya tak terkeringkan oleh angin
4. Acesyah artinya tak terbasah oleh air
5. Nitya artinya abadi, kekal
6. Sarwagatah artinya ada dimana-mana
7. Sthanu artinya tak berpindah-pindah
8. Acala artinya tak bergerak
9. Sanatana artinya selalu sama
10. Adyakta artinya tak terlahirkan
11. Achintya artinya tak terpikirkan
12. Awikara artinya tak berjenis kelamin
Seperti
diketahui tubuh manusia terdiri dari 3 lapis badan yang disebut Tri sarira yang
terdiri dari:
a. Sthula Sarira
yaitu badan kasar yang didapat di tingkatan alam terendah atau bhur loka ini.Sthula sarira terjadi dari Panca Tan mantra dan Panca Maha Bhuta.
Bagian bagian Panca Tan Mantra:
1. Ganda Tan Mantra : sari suara
2. Rupa Tan Mantra : sari warna
3. Sparsa Tan Mantra : sari rabaan
4. Rasa Tan Mantra : sari rasa
5. Sabda tan mantra : sari suara
Kemudian Panca Tan mantra berubah menjadi Panca Maha Bhuta.
Bagian bagian Panca Maha Bhuta:
1. Pertiwi membentuk tulang
2. Teja membentuk suhu badan
3. Bayu membentuk nafas
4. Apah membentuk darah
5. Akasa membentuk rambut
b. Suksma Sarira
atau Linggha Sarira, badan halus didapat di tingkatan alam kedua dari bawah yang dinamai Bwah loka. Suksma Sarira memiliki hubungan dengan Panca Maya Kosa yaitu lima pembungkus dari badan halus yang terdiri dari:
1. Anamaya kosa: badan dari sari makanan
2. Pranamaya kosa: badan dari sari nafas
3. Manomaya kosa: badan dari sari pikiran
4. Wijnanamaya kosa: badan dari sari pengetahuan
5. Anandamaya kosa: badan kebahagian
c. Antah Karana Sarira
Merupakan badan yang lebih halus yang didapat di tempat-tempat sendiri di ruang alam tingkat ketiga dari bawah yaitu Swah loka.Antah Karana Sarira berkaitan dengan Dasendriya yaitu 10 indra manusia yang terdiri dari 2 bagian:
1.Panca Budhindriya yaitu lima indriya untuk mengetahui yang terdiri dari:
1. Srotendriya: indriya pada telinga
2. Tuakindriya: indriya pada kulit
3. Caksuindriya: inrdriya pada mata
4. Jihwendriya: indriya pada lidah
5. Granendriya: indriya pada hidung
2. Panca Karmendriya yaitu lima indriya pelaku yang terdiri dari:
1. Panindriya: indriya pada tangan
2. Padendriya: indriya pada kaki
3. Garbhendriya: indriya pada perut
4. Upasthendriya: indriya pada kelamin laki-laki
Bhagendriya: indriya pada kelamin wanita
5. Payuwindriya: indriya pada anus
a. Sthula Sarira
yaitu badan kasar yang didapat di tingkatan alam terendah atau bhur loka ini.Sthula sarira terjadi dari Panca Tan mantra dan Panca Maha Bhuta.
Bagian bagian Panca Tan Mantra:
1. Ganda Tan Mantra : sari suara
2. Rupa Tan Mantra : sari warna
3. Sparsa Tan Mantra : sari rabaan
4. Rasa Tan Mantra : sari rasa
5. Sabda tan mantra : sari suara
Kemudian Panca Tan mantra berubah menjadi Panca Maha Bhuta.
Bagian bagian Panca Maha Bhuta:
1. Pertiwi membentuk tulang
2. Teja membentuk suhu badan
3. Bayu membentuk nafas
4. Apah membentuk darah
5. Akasa membentuk rambut
b. Suksma Sarira
atau Linggha Sarira, badan halus didapat di tingkatan alam kedua dari bawah yang dinamai Bwah loka. Suksma Sarira memiliki hubungan dengan Panca Maya Kosa yaitu lima pembungkus dari badan halus yang terdiri dari:
1. Anamaya kosa: badan dari sari makanan
2. Pranamaya kosa: badan dari sari nafas
3. Manomaya kosa: badan dari sari pikiran
4. Wijnanamaya kosa: badan dari sari pengetahuan
5. Anandamaya kosa: badan kebahagian
c. Antah Karana Sarira
Merupakan badan yang lebih halus yang didapat di tempat-tempat sendiri di ruang alam tingkat ketiga dari bawah yaitu Swah loka.Antah Karana Sarira berkaitan dengan Dasendriya yaitu 10 indra manusia yang terdiri dari 2 bagian:
1.Panca Budhindriya yaitu lima indriya untuk mengetahui yang terdiri dari:
1. Srotendriya: indriya pada telinga
2. Tuakindriya: indriya pada kulit
3. Caksuindriya: inrdriya pada mata
4. Jihwendriya: indriya pada lidah
5. Granendriya: indriya pada hidung
2. Panca Karmendriya yaitu lima indriya pelaku yang terdiri dari:
1. Panindriya: indriya pada tangan
2. Padendriya: indriya pada kaki
3. Garbhendriya: indriya pada perut
4. Upasthendriya: indriya pada kelamin laki-laki
Bhagendriya: indriya pada kelamin wanita
5. Payuwindriya: indriya pada anus
Jelaslah atma
itu sifatnya sempurna. Tetapi pertemuan antara atma dengan badan yang kemudian
menimbulkan ciptaan menyebabkan atma dalam keadaan “ Awidhya “. Awidhya artinya
gelap lupa kepada kesadaran . Awidhya muncul karena pengaruh unsur panca maha
butha yang mempunyai sifat duniawi. Sehingga dalam hidup ini atma dalam diri
manusia di dalam keadaan awidhya. Dalam keadaan seperti ini kita hidup kedunia
bertujuan untuk menghilangkan awidhya untuk meraih kesadaran yang sejati dengan
cara melaksanakan Subha karma. Menyadari sifat atma yang serba sempurna dan
penuh kesucian menimbulkan usaha untuk menghilangkan pengaruh awidhya tadi.
Karena apabila manusia meninggal kelak hanya badan yang rusak, sedangkan
atmanya tetap ada kembali akan mengalami kelahiran berulang dengan membawa
“Karma Wasana“ (bekas hasil perbuatan). Oleh karena itu, manusia lahir kedunia
harus berbuat baik atas dasar pengabdian untuk membebaskan Sang Hyang Atma dari
ikatan duniawi. Sesungguhnya jika tidak ada pengaruh duniawi Hyang Widhi dan
Atma itu adalah tunggal adanya (Brahman Atman Aikyam)
3. KeyakinanTerhadap Adanya
Hukum Karma (Karma Phala)
Karma – berarti
perbuatan, pahala – berarti hasil. Karma Phala adalah hasil dari perbuatan –
dan banyak yang menyebut sebagai Hukum Sebab Akibat – sangat terkenal dengan
HUKUM KARMA.
Bagaimaa
keyakinan terhadap Hukum Karma ini ada? Tiada lain disebabkan adanya tujuan
hidup, yaitu moksa. Artinya untuk mencapai tujuan hidup tersebut, maka kita
harus tahu benar, mana yang benar dan mana yang salah. Hukum Karma menuntun
umat hindu mencapai Moksa. Hal ini sangat kita yakini, bahwa untuk menuju ke
kebahagiaan yang abadi, kita harus membebaskan badan kita, jiwa kita dan atman
dari hal-hal yang melanggar hukum, melanggaran aturan2, melanggar norma2 hidup
dan agama. Agar kita umat hindu senantiasa ingat dengan Atman/Brahman, maka
kita harus berbuat baik, agar kita mendapatkan pahala yang baik dari hasil
perbuatan tersebut, karena apa yang kita lakukan tercatat dalam pikiran dan
hati kita. Hal ini akan dapat mempengaruhi watak kita dan juga berpenbagruh
terhadap jiwa kita. Hukum karma juga kita yakini dapat diterima oleh anak cucu
atau keturunan kita. Banyak contoh yang bisa kita lihat dalam kehidupan
sehari-hari, seseorang pada masa hidupnya mencari dan mendapatkan kekayaan
dengan cara tidak halal (melawan dharma), hidup mewah. Namun setelah meninggal
dan kekayaannya diwarisi oleh anak cucunya, maka watak anak cucunya tidk waras
(gila), tidak normal dan bahkan sekejap mereka sudah menghabiskan dan
menghambur-hamburkan kekayaan itu sampai ludes, sehingga akhirnya menjadi orang
yang melarat. Untuk hal yang demikian, kita sering mendengar “ITULAH KARMANYA”.
Oleh karena itu, marilah kita jalani hidup ini berdasarkan Dharma.
Jika dilihat
dari sudut waktu, Karma phala dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
·
Sancita
karma phala
Adalah hasil dari perbuatan kita dalam
kehidupan terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih yang
menentukan kehidupan kita sekarang. Bila karma kita pada kehidupan yang
terdahulu baik, maka kehidupan kita sekarang akan baik pula (senang, sejahtera,
bahagia). Sebaliknya bila perbuatan kita terdahulu buruk maka kehidupan kita
yang sekarang inipun akan buruk ( selalu menderita, susah, dan sengsara)
·
Prarabda
karma phala
Adalah hasil dari perbuatan kita pada
kehidupan sekarang ini tanpa ada sisanya, sewaktu masih hidup telah dapat
memetik hasilnya, atas karma yang dibuat sekarang. Sekarang menanam
kebijaksanaan dan kebajikan pada orang lain dan seketika itu atau beberapa
waktu kemudian dalam hidupnya akan menerima pahala, berupa kebahagiaan.
Sebaliknya sekarang berbuat dosa, maka dalm hidup ini dirasakan dan diterima
hasilnya berupa penderitaan akibat dari dosa itu.
Prarabda karma phala dapat diartikan sebagai karma phala cepat.
Prarabda karma phala dapat diartikan sebagai karma phala cepat.
·
Kriyamana
karma phala
Adalah pahala dari perbuatan yang
tidak dapat dinikmati langsung pada kehidupan saat berbuat. Tetapi, akibat dari
perbuatan pada kehidupan sekarang akan dan di terima pada kehidupan yang akan
datang, setelah orangnya mengalami proses kematian serta pahalanya pada
kelahiran berikutnya. Apabila karma pada kehidupan yang sekarang baik maka
pahala pada kehidupan berikutnya adalah hidup bahagia, dan apabila karma pada
kehidupan sekarang buruk maka pahala yang kelak diterima berupa kesengsaraan.
Tegasnya cepat
atau lambat, dalam kehidupan sekarang atau nanti, segala pahala dari perbuatan
itu pasti diterima karena sudah merupakan hukum. Kita tidak dapat menghindari
hasil perbuatan kita itu baik atau buruk. Maka kita selaku manusia yang
dilengkapi dengan bekal kemampuan berpikir, patutlah sadar bahwa penderitaan
dapat diatasi dengan memilih perbuatan baik. Manusia dapat berbuat atau menolong
dirinya dari keadaan sengsara dengan jalan berbuat baik, demikianlah
keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia.
4. Keyakinan Pada Kelahiran
Kembali (Punarbawa Tattwa)
Banyak orang
menyangsikan dan bahkan mencemoh adanya kelahiran kembali (punarbawa) ini.
Sebagai manusia yang merasa diri sangat kecil dihadapan Hyang Widhi, kita dapat
merasakan kejadian-kejadian yang aneh-aneh mengenai kelahiran atau bakat-bakat
dan keadaan kehidupan manusia sehari-hari. Ada seseorang (anak kecil) mempunyai
sifat atau watak tidak berbeda dengan leluhurnya (nenek moyangnya). Secara ilmu
genetika, faktor keturunan akan berlanjut pada anak cucunya, termasuk sifat,
kesenangan (hobby), ukuran tubuh, dan bahkan kecerdasan. Ahli genetika tidak
menampik teori, bahwa gen-gen seseorang yang lahir dari bukan keluarga dapat
muncul pada seseorang yang baru lahir. Hal tersebut didasarkan atas sejarah
kehidupan manusia yang dimulai dari 2 manusia berlainan jenis (Adam dan Hawa),
kemudian lahir manusia-manusia dengan berbagai bentuk tubuh, sifat, watak,
kemampuan, dan bahkan cita-cita yang sama dengan manusia sebelumnya. Agama
Hindu mengajarkan kapada kita semua untuk berpikir, berkata dan berbuat baik
(Tri Kaya Parisudha), agar di kehidupan yang akan datang kita bisa menjelma
tetap sebagai manusia yang mulia, bukan sebagai binatang (akibat dari perbuatan
sebelumnya). Bahkan, jika memungkinkan kita tidak perlu menjelma kembali ke
dunia, karena sudah menemukan kebahagian yang abadi, artinya Atman sudah
bersatu dengan Brahman. Philosofi hidup (Filsafat Punarbawa) ini akan
mengajarkan kepada kita untuk selalu berbuat baik, agar dosa kita berkurang
(kalau mungkin habis – sempurna), sehingga kita tidak perlu lahir kembali untuk
memperbaiki kesalahan-kesalahan sebelumnya.
Pembebasan dari
samsara berarti mencapai penyempurnaan atma dan mencapai moksa yang dapat
dicapai di dunia ini juga. Pengalaman kehidupan samsara ini dialami oleh Dewi
Amba dalam cerita Mahabharata yang lahir menjadi Sri Kandi.
Selanjutnya
keyakinan adanya Punarbhawa ini akan menimbulkan tindakan sebagai berikut
·
Pitra
Yadnya
Yaitu memberikan korban suci terhadap
leluhur kita, karena kita percaya leluhur itu masih hidup di dunia ini yang
lebih halus.
·
Pelaksanaan
dana Punya (amal saleh), karena perbuatan ini membawa kebahagiaan setelah
meninggal.
·
Berusaha
menghindari semua perbuatan buruk karena jika tidak, akan membawa ke alam
neraka atau menglami kehidupan yang lebih buruk lagi.
Perlu saya
tambahkan, bahwa filsafat Karma dan Punarbawa adalah merupakan sebuah proses
yang terjalin sangat erat satu dengan yang lainnya. Karma adalah perbuatan yang
meliputi pikiran, perkataan, dan tingkah laku jasmni (perbuatan), sedangkan
PUNARBAWA adalah perwujudan dari kesimpulan semuanya itu.
5. Keyakinan Terhadap
Adanya Moksa (Bersatunya Atman dengan Brahman)
Moksa atau
Mukti atau Nirwana berarti sebuah kebebasan, kemerdekaan. Merdeka atau bebas
dari ikatan karma, kelahiran, kematian dan belenggu maya/penderitaan duniawi.
Moksa adalah tujuan akhir umat hindu, di dalam veda disebut sebagai Moksartham
Jagaditiha Ya Ca Iti Dharma. Pengertian ini sangat mendasar, yaitu mencapai
kebahagiaan lahir dan bathin dengan jalan Dharma. Bagaimana kita menuju ke
tujuan tersebut? Ini yang perlu kita pahami, bahwa setiap manusia tiada yang
sempurna. Oleh karena itu, marilah kita selalu mendekatkan diri dan berbakti
kepadaNYA, agar apa yang kita pikirkan, yang akan kita katakan dan lakukan
selalu dijalan Dharma. Kita datang ke Pura saat ini untuk bersembahyang –
mendekatkan dan berbakti (Ngaturan bakti) kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa. Kita
berdoa agar dunia dengan segala isinya selamat, baik, hidup kita sejahtera dan
bahagia dst. Demikian pula, kitab suci telah menyediakan dan menuntun bagaimana
caranya melaksanakan pelepasan diri dari ikatan maya, sehingga akhirnya atman
dapat beratu dengan Brahman, sehingga penderitaan dapat dikikis habis dan tidak
menjelma kembali ke dunia sebagai hukuman, tetapi sebagai penolong sesama
manusia yaitu sebagai AWATARA. Banyak hal yang perlu kita lakukan, yang
tertuang di dalam kitab suci Wedha, antara lain Yadnya (Dewa Yadnya, Resi,
Pitra, Manusa, dan Buta Yadnya), Yoga (Jnana, Bhakti dan Karma Yoga) atau
Marga, yaitu jalan yang bisa kita lewati untuk menyembah dan berbakti kepada
Hyang Widhi.
Tingkatan Moksa
Moksa dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu:
1. Samipya adalah suatu kebebasan yang dapat dicapai oleh seseorang semasa hidupnya di dunia ini. Hal ini dapat dilakukan oleh para Yogi dan para Maharsi. Beliau dalam melakukan Yoga Samadhi telah dapat melepaskan unsur unsur maya, sehingga beliau dapat mendengar wahyu Tuhan. Dalam keadaan demikian, Atman berada sangat dekat sekali dengan Tuhan. Setelah beliau selesai melakukan samadhi, maka keadaan beliau kembali biasa.Emosi pikiran dan organ jasmani aktif kembali.
2. Sarupya (Sadharmya) adalah suatu kebebasan yang didapat seseorang di dunia ini, karena kelahirannya. Kedudukan Atman merupakan pancaran dari kemahakuasaan Tuhan, seperti halnya Sri Rama, Buddha Gautama, dan Sri Kresna. Walaupun Atman telah mengambil suatu perwujuda tertentu, namun ia tidak terikat oleh sesuatu yang ada di dunia ini.
3. Salokya adalah suatu kebebasan yang dapat dicapai oleh atman, dimana atman itu sendiri telah berada dalam posisi dan kesadaran yang sama dengan Tuhan. Dalam keadaan seperti itu dapat dikatakan Atman telah mencapai tingkatan Dewa yang merupakan manifestasi dari tuhan itu sendiri.
4. Sayujya adalah suatu tingkatan kebebasan yang tertinggi dimana atman telah bersatu dengan Brahman.
Istilah lain untuk mengklarifikasikan tingkat-tingkat moksa :
1. Jiwa Mukti adalah kebebasan yang dapat didapat seseorang dalam hidup di dunia ini, dimana atma tidak terpengaruh oleh indriya dan unsur-unsur maya. Dengan demikian Jiwa Mukti sama sifatnya dengan Sasmipya dan Sarupya.
2. Wideha Mukti (Karma Mukti) adalah suatu kebebasan yang dapat dicapai semasa hidup. Dimana atma telah meninggalkan badan kasar. Dengan demikian maka Wideha Mukti dapat disamakan dengan Salokya.
3. Purna mukti adalah kebebasan yang paling sempurna dan yang tertinggi, dimana atman telah bersatu dengan Tuhan. Dengan demikian Purna mukti dapaat disamakan dengan Sayujya.
Untuk mecapai Moksa kita mengenal empat jalan yang disebut Catur Marga. Yang terdiri dari:
a. Bhakti Marga adalah cara penyatuan atman dengan brahman melalui cara sujud bhakti berdasarkan cinta kasih.
b. Karma Marga adalah cara penyatuan atman dengan brahman melalui jalan berbuat baik tanpa pamrih.
c. Jnana Marga adalah cara penyatuan atman dengan brahman melalui ilmu pengetahuan.
d. Raja Marga Yoga adalah cara penyatuan atman dengan brahman melalui tapa yoga semadhi.
Penutup
Teman-teman sekalian,
demikian yang bisa kami sampaikan, semoga apa yang kami sampaikan dapat
teman-teman mengerti dan dapat bermanfaat untuk kita semua, terima kasih banyak
atas perhatiannya. Jika ada yang salah dalam tutur kata, pengucapan dan
penyampaian, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, dan dengan ini saya akhiri
dengan parama shanti:
Om Shanti Shanti Shanti Om
Tidak ada komentar:
Posting Komentar