Pada suatu waktu;
sekali peristiwa, pada pantai Sumatra yang utara tinggal seorang
perempuan lemah/miskin dan putra nya. Anak laki-laki telah dipanggil Malin
Kundang. Mereka tidak mendapat banyak ketika pemancingan adalah sumber
pendapatan mereka satu-satunya. Malin Kundang tumbuh dewasa sebagai anak
laki-laki muda mahir. Ia selalu membantu ibu nya untuk mendapat uang beberapa.
Bagaimanapun, mereka hanya penolong nelayan, mereka masih hidup di kemiskinan. " Bunda, akibatnya bagaimana jika aku
berlayar luar negeri?" yang diminta Malin Kundang suatu hari kepada ibu
nya. Ibu nya tidak setuju tetapi Malin Kundang
yang yang telah menyusun pikiran nya. " Bunda, jika aku tinggal di sini, Aku akan selalu jadilah suatu kasihan!. Aku ingin seorang orang sukses," Malin yang dihimbau Kundang. Ibu nya menghapus air mata nya, " Jika kamu benar-benar ingin pergi, aku tidak bisa stop kamu. Aku bisa hanya [berdoa/ mohon] ke Tuhan untuk kamu memperoleh sukses dalam hidup," yang dikatakan ibu nya [yang] dengan bijaksana. " Tetapi, janji;kan aku, kamu akan pulang."
yang yang telah menyusun pikiran nya. " Bunda, jika aku tinggal di sini, Aku akan selalu jadilah suatu kasihan!. Aku ingin seorang orang sukses," Malin yang dihimbau Kundang. Ibu nya menghapus air mata nya, " Jika kamu benar-benar ingin pergi, aku tidak bisa stop kamu. Aku bisa hanya [berdoa/ mohon] ke Tuhan untuk kamu memperoleh sukses dalam hidup," yang dikatakan ibu nya [yang] dengan bijaksana. " Tetapi, janji;kan aku, kamu akan pulang."
Di pagi yang berikutnya, Malin Kundang siap untuk pergi. Tiga hari
yang lalu, ia jumpa salah satu dari anak kapal kapal yang sukses. Malin telah
ditawarkan untuk bergabung dengan dia. " Ambil suatu baik dengan alamat
sendiri, putra," Malin yang dikatakan Ibu Kundang's ketika dia memberi beberapa
persediaan makanan. " Ya, Bunda," Malin Kundang berkata. " Kamu
terlalu harus mengambil suatu baik dengan alamat sendiri. Aku akan terus
berhubungan dengan kamu," ia melanjut sebelum mencium tangan ibu nya.
Sebelum Malin melangkah ke kapal, Ibu Malin's memeluk dia ketat seolah-olah dia
tidak ingin biarkan dia pergi.
Tadinya tiga bulan sejak Malin Kundang
meninggalkan ibu nya. Ketika ibu nya yang telah meramalkan sebelumnya, ia belum
pernah menghubungi nya masih. Tiap pagi, dia berdiri pada dermaga . Dia ingin
untuk lihat kapal yang membawa pulang
Malin Kundang . Tiap hari dan malam, dia berdoa kepada Tuhan untuk
keselamatan putra nya. Ada banyak doa yang telah dikatakan dalam kaitan dengan
cinta dalam nya untuk Malin Kundang. Sungguhpun satu tahun dia tidak
pernah mendengar berita dari Malin Kundang, dia menjaga penantian dan
berdoa untuk dia.
Setelah
beberapa tahun yang menunggu tanpa berita, Malin Ibu Kundang's tiba-tiba
dikejutkan oleh kedatangan suatu kapal besar di dermaga di mana dia pada
umumnya yang berpegang kepada menantikan putra nya. Ketika kapal yang akhirnya
meminggirkan, Malin Gergaji Ibu Kundang's [yang] laki-laki yang melihat turun
kaya suatu tangga bersama dengan seorang perempuan indah. Dia tidak bisa salah.
Namun Mata kabur nya yang dengan mudah dikenali dia. Orang laki-laki
adalah Malin Kundang, putra nya.
Malin Ibu Kundang's
dengan cepat pergi ke lihat putra terkasih nya. " Malin, kamu adalah
punggung, putra!" Malin yang dikatakan Ibu Kundang's dan tanpa keraguan,
dia datang lari menuju pelukan Malin Kundang, " Aku luput/kehilangan kamu
banyak." Tetapi, Malin Kundang tidak menunjukkan manapun menjawab. Ia
adalah malu untuk mengakui;mengijinkan ibu [milik]nya di depan isteri indah
nya. " Kamu bukan Bunda ku. Aku tidak mengetahui kamu. Ibu ku tidak pernah
akan memakai . seperti pakaian buruk dan kasar," yang dikatakan Malin
Kundang ketika ia melepaskan pelukan ibu nya.
Malin Ibu
Kundang's bersedia punggung, " Malin…You tidak mengenali aku? Aku adalah
ibu mu!" dia berkata amat sayang. Malin Wajah Kundang's adalah sama dingin seperti es. " Pengawal, mengambil wanita-wanita
tua ini ke luar dari di sini," Malin Kundang perintah bodyguard nya.
" Beri uang beberapa nya maka dia tidak akan mengganggu aku lagi!"
Malin Ibu Kundang's menangis/berteriak ketika dia telah diseret oleh bodyguard,
" Malin… putra ku. Kenapa kamu perlakukan ibu milik mu seperti ini?"
Malin Kundang
mengabaikan ibu nya dan perintah anak buah kapal laut [itu] untuk berangkat
berlayar. Malin Ibu Kundang's duduk sendiri di dermaga. Hati/Jantung nya
menjadi sangat luka, dia menangis dan berteriak. " Yth. Tuhan, jika ia
bukan putra ku, menyenangkan dibiarkan dia mempunyai suatu
[menyelamatkan;menabung] perjalanan. Tetapi jika ia adalah, aku mengutuk dia
untuk menjadi suatu batu," dia berdoa kepada Tuhan.
Di laut ketenangan, tiba-tiba
angin bertiup dengan keras dan suatu hujan badai dengan petir datang. Malin
Kapal sangat besar Kundang's telah rusak. Ia telah dilemparkan oleh gelombang
ke luar dari kapal nya, dan jatuh pada [atas] suatu pulau kecil. tiba-tiba, badan utuh nya
berubah menjadi batu. Ia telah dihukum untuk mengakui ibunya .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar